Kamis, 13 Oktober 2016

Tepuk Tangan sebagai Tanda

Saat “tepuk tangan” meriah sudah pernah kau dapatkan karena prestasi yang kau cetak, jangan bangga dan puas dengan tepuk tangan itu. Hanya sesaat, semua pasti akan hilang begitu saja hanya karena satu kesalahan yang kau buat. Orang tidak akan menilai prestasimu lagi, mereka akan selalu mencibir dan melihat dari letak kesalahanmu terus, terus, dan terus.

Mereka yang peduli dan menyukaimu akan membantumu, setidaknya hanya dengan memberikan saran. Namun, mereka yang tidak menyukaimu akan semakin keras memberikan tepuk tangan saat kesalahan yang kau buat dibicarakan tanpa henti oleh orang lain.

Ketika kamu sedang berada diposisi seperti itu, bersemangatlah! Jangan mudah terpuruk dengan kata orang. Bangkitlah! Satu kesalahanmu pasti akan segera sirna jika kau buat hal-hal positif lagi. Jika hal itu tidak berlaku, tetap berfikirlah positif. Apa yang kamu lakukan saat ini pasti akan membuahkan hasil di kemudian hari. Terus berjalan walau perlahan, hadapi smua yang sedang di depan mata. Lihat dari sudut pandang yang berbeda.

Minggu, 25 September 2016

Mendaki menjadi Candu

Ternyata rutinitas memang terkadang membuat jenuh. Saat libur tiba rasanya ingin kemana-mana, tapi raga ini hanya memilih berbaring di kasur. Memulihkan energi setelah 6 hari beraktivitas. Entah kenapa tiba-tiba teringat indahnya pemandangan di puncak gunung, rindu itu datang begitu saja. Melihat alam, sunrise di pagi hari, tidur di tengah ilalang berselimut lembutnya semilir angin, bernuansa bintang-bintang di langit. Indahnyaaa……

Blego Summit
Terakhir hiking ke puncak Gunung Blego lumayan menyenangkan. Bersama seorang sahabat perempuanku dan 4 teman lainnya kita berangkat pukul 11.30 malam. Sampai di puncak sekitar pukul 2.30 pagi. Kebersamaan dan karakter sahabatmu akan terlihat saat mendaki bersama. Bagaimana saling menjaga dan menikmati alam bersama. Semua tidak akan mudah terlupakan.

Seorang sahabat yang benar-benar tulus akan menunggumu saat kamu tidak kuat lagi mendaki. Dia akan menunggumu, menemanimu, dan berjuang bersama supaya sampai puncak bersama-sama pula. Ia tidak akan pernah meninggalkanmu, ingat itu, ia tidak akan pernah meninggalkanmu.

Jalur menuju Gunung Blego  yang saya tahu ada dua, yaitu melalui Parang, Magetan dan bisa lewat Wonogiri. Tepatnya di desa Nguneng, Puhpelem. Saya dan teman-teman memilih jalur Wonogiri, karena teman yang mengajak mendaki rumahnya dekat dengan gunung itu. Track pendakiannya juga termasuk mudah. Pemandangan yang disuguhkan menarik. Sayangnya berkabut sewaktu saya kesana. Indahnya sunrise sedikit tertutupi deh…

Alam oh alam, indahmu terasa seperti menjadi candu. Alam bisa menjadi sahabatmu jika kau jaga, alam bisa membunuhmu pula jika kau merusaknya. Salam lestari..

our legs hahaha

Jumat, 24 Juni 2016

Liburan Gila di Deretan Pantai Selatan Yogyakarta

Melancong tanpa rencana, sudah pernah?
Bagi para petualang ini bukan masalah. Mungkin malah menjadi sebuah tantangan. Tanpa rencana dan tanpa persiapan sampai di suatu tempat yang belum terbayangkan. Hmm….. itu menyenangkan!

Puasa bukan menjadi alasan untuk bermalas-malasan, tidur di rumah, atau tidak mau melakukan aktivitas. Meskipun sedang berpuasa di bulan Ramadhan ini dan bertepatan dengan hari libur sekolah, bukan menjadi alasan pula untuk berdiam diri dirumah, bukan???

Baru saja hal ajaib terjadi dalam hidupku. Melancong tanpa persiapan dan tanpa rencana. Niat atau tujuan awalku hanya ingin pergi ke Solo, ke rumah kakakku untuk mengisi hari libur. Sekalian ingin bertemu keponakan tersayang. Sahabatku yang rumahnya dekat denganku pun ikut ke Solo.

Hari pertama, biasa saja, nothing special. But, I was very very happy to meet and see my beloved nephew and niece. Aku sangat suka dengan keponakanku yang masih balita itu. Gemesiinnnn….

Hari kedua, kakak iparku memberikan tawaran. Dia bilang, “daripada di rumah saja ke Pantai Baron sana lho cuma 2 jam.” Mataku langsung melek dan buka map. Kunyalakan GPS dan melihat rutenya. Seperti melihat durian runtuh, kesempatan ini tak ku sia-siakan. Aku dan sahabatku sepakat berangkat ke Pantai Baron setelah subuh. Selain Pantai Baron masih banyak pantai-pantai lain di sepanjang Pantai Selatan itu. Amazing! Jadi nggak sabar pengen sampai sana. Padahal kami belum tahu jalan dan medannya, hanya bermodalkan GPS saja.

Hmm, aku teringat sepeda motor tua yang ku pakai kesini. Tak mungkinlah aku pakai motor ini, kasihan motor tua diajak perjalanan jauh yang belum tahu medannya. Akhirnya, satu hari itu kutukar motorku dengan motornya kakak. Ahaaayyy….

Dengan sepeda motor “beat” kepunyaan kakak, langsung deh tancap gas. *ngeng ngeengg. Secapek-capeknya nyetir di depan, masih capek duduk di belakang. Aku tak mau digantikan sahabatku itu karena lebih suka nyetir, dengan konsekuensi nanti pulangnya gakpapa deh nggak nyetir. Meskipun sebenarnya kepengin nyetir terus.

Sekitar pukul 7.30 WIB kami sampai di Pantai Baron. Masih sepi. Belum ada pengunjung lain yang datang. Seperti pantai sendiri aja hahaha. Kami belum memutuskan untuk main air disini. Selfie, bercanda, dan menikmati pemandangan alam sudah membuat kami senang di pantai Baron ini.

Next, kami meluncur ke deretan pantai selatan. Banyak sekali pantai yang sejalan dengan Pantai Baron. Pantai Kukup lebih indah dibandingkan Baron. Itu menurutku. Di ceritaku sebelum ini Pantai Pelang sudah kujelaskan kalau aku lebih suka pantai yang pasirnya putih. Pantai Kukup memiliki pesona yang luar biasa, indah, berpasir putih, dan nyaman untuk main air.

Kami putuskan bermain air disini. Berjemur diterik matahari pagi dan tiduran di pasir putih. Kami tidak bisa berenang, makanya cuma basah-basahan di tepi pantai saja. Lagi pula, pantai selatan terkenal dengan ombak besar. Kalau bisa berenang pun, mungkin akan berpikir dua kali. Bisa-bisa nanti malah terseret ombak. Ihh wow, seremm….

Drini Beach
Di perjalanan aku berpikir, ini benar-benar gila. Sudah lama sekali kurindukan pantai, tapi tak pernah menyangka hanya dalam waktu kurang lebih 4 jam, aku dan sahabatku bisa menjelajahi 5 pantai dan sudah bermain air pula. Crazy holiday, crazy pal, I’m crazy hahaha. Ini instagramku kalau mau kepo foto-foto yang lain, klik disini. Pantai Baron, Kukup, Sepanjang, Drini, dan Krakal membuat hidupku lebih berwarna. Masih banyak pantai lainnya yang sejalan, tapi karena kami sudah lelah (adik sudah lelah bang…) dan tak ingin pulang malam, akhirnya kami putuskan untuk pulang.
Sepanjang Beach
Terimakasih Tuhan pencipta bumi,
Masih kau berikan kesempatan untuk melihat alamMu.
Begitu kecilnya kami,
Dibandingkan semesta ciptaanMu.
Jadikan kami pribadi yang rendah hati,
Dan selalu bersyukur atas nikmatMu.
Aamiin…

Minggu, 05 Juni 2016

Pantai Pelang

Have you ever go to somewhere? Have you ever make a plan for it? Have you ever feel happy or sad after that?

Pernahkah kamu pergi ke suatu tempat yang sangat kamu inginkan?
Ya, mungkin hampir semua orang pernah pergi ke suatu tempat. Entah itu karena ada keperluan atau hanya liburan. Nah, sekarang saya mau bertanya,”kamu lebih suka gunung atau pantai?”
Pertanyaan ini yang menurut saya sangat sulit untuk dijawab. Karena jujur, saya suka keduanya. Kalau mendapat pertanyaan seperti itu pasti akan saya jawab 50:50. Saya suka gunung dan juga pantai. Kalau disuruh memilih, ya pilih keduanya hehehe.

Perjalanan jauh yang membutuhkan waktu 3-5 jam dengan memakai sepeda motor sudah beberapa kali saya lakukan bersama teman-teman. Singkat cerita, saya dan teman-teman ingin berlibur. Beberapa destinasi tempat wisata sudah kami pilih. Pilihan akhirnya jatuh pada sebuah pantai di Trenggalek, Jawa Timur. Pantai Pelang namanya. Ada air terjun dengan air tawar di dekat pantai itu. Namun, pasirnya bukan pasir putih. Saya suka pantai yang pasirnya putih. Seperti pantai Karanggongso di Trenggalek juga, pantai Srau, Buyutan, dan Klayar di Pacitan, pantai Indrayanti di Jogja. Nggak tahu kenapa, rasanya lebih suka melihat pasir putih di pantai.

Tiba waktunya kita capcus. Kami berempat dengan 2 sepeda motor berangkat dari Magetan ke Trenggalek. Tak satupun dari kami berempat yang tau jalan menuju Pantai Pelang itu. Akhirnya kita nyalakan GPS dan mengikuti petunjuk arahnya. Ada beberapa jalan alternatif. Kita sepakat untuk mencoba jalur yang lebih cepat. Dan kau tahu bagaimana akhirnyaaa???

Kita nyasar, tersesat, tak tahu arah jalan pulang *ini mah kayak Butiran Debu lagunya Cakra Khan wkwkwk. Di daerah Ponorogo, kita mengikuti petunjuk arah dari GPS yang membawa kita ke jalur tercepat menuju pantai Pelang. Ternyata, kita malah nyasar sampai naik-turun gunung. Aku dan temanku pun juga mengalami sedikit kecelakaan. Motor yang kami pakai nggoleng alias jatuh. Dan sayapun juga jatuh, tapi tenaaannngggg…. Saya nggak kesakitan dan nggak kapok kok travelling kayak gini hahaha. Sayangnya ya itu tadi, kita mencoba jalur alternatif yang berharap sampainya lebih cepat, ternyata malah sampai lebih lama karena jalannya nggak mulus dan nggak lancar.


Ini nih potret kita saat nyasar

Kalau nggak  nyasar, mungkin kita nggak akan dapat gambar kayak gini deh. Meskipun perjalanan yang kami tempuh lebih lama, yang awalnya ingin jalan lebih cepat kearena memilih jalur alternatif, kami tidak merasa kecewa. Yahh, buat pengalaman aja. Lain kali kalau nggak mau tersesat mending lewat jalur jalan raya aja. Lebih jelas dan kemungkinan tersesat lebih sedikit.
Pantai Pelang merupakan salah satu pantai yang famous alias terkenal di Trenggalek. Selain deburan ombak yang terkenal bahaya, karena ombaknya besar di dekat pantai Pelang ini ada air terjun dengan air tawar jika ingin main air. Sebagian besar dari kita mungkin tidak berani kalau main air di Pantai. Sudah banyak korban disini karena ombaknya memang benar-benar besar dan bahaya. Lebih baik main air di air terjunnya saja.

Ini nih Pantai Pelang


Our madness

Setelah puas bermain air, kita putuskan untuk pulang. Tak lupa isi perut dulu *biar kuat menghadapi kenyataan, loh?? Maksudnya biar kuat melakukan perjalanan wkwkwk. Kami lewat jalan raya yang hanya kami tempuh 3 jam dari Tenggalek sampai Madiun. Kalau berangkatnya pakai acara nyasar tadi mah sampai 5 jam hahaha.


Have a nice travelling pals. Happy Holiday J

Rabu, 01 Juni 2016

Going to Somewhere

Travelling? Hobby? Jalan-jalan? Atau apalah sebutannya..
Tujuan utamaku hanya ingin pergi ke suatu tempat atau memberikan penghargaan untuk diri sendiri setelah penat dengan rutinitas. Kerja keras boleh lah, tapi juga harus tetap menjaga kesehatan dan kebutuhan yang lain. Piknik misalnya, hehehe. Mungkin sebagian besar orang sangat suka bepergian, tapi ada juga yang memilih mencari hiburan di rumah. Ada juga tipe orang yang jika punya waktu luang sudah menyiapkan rencana ke suatu tempat. Yah, semua itu pilihan. Tergantung individu masing-masing mau memilih yang mana.

Pergi ke Gunung Beruk ini juga bisa J

   


 

Jangan takut miskin hanya karena bepergian. Rejeki sudah ada yang mengatur, tinggal usaha kita untuk menjemputnya. Jangan takut bepergian, dengan bepergian kita bisa menemui tempat baru. Jangan takut mendaki, karena kau akan tahu betapa indah kekuasaan-Nya. Jangan takut siapapun, kecuali sang maha Pencipta. Wahhhhh, pokonya jangan takut deh hahaha.
Indahnya pegunungan, indahnya pantai, indahnya alam semesta ini jika kita mau menengok ke arah luar. Kita bisa bersyukur dan lebih rendah hati dengan melihat betapa kecilnya kita di dunia ini. Jangan sombong hanya karena kau kaya, jangan sombong hanya karena kau cantik atau tampan, jangan sombong hanya karena keluargamu sukses dalam pekerjaannya. Lihatlah dirimu! Siapa kamu! Jangan lihat siapa disekelilingmu! Cukup lihatlah dirimu, sudah baikkah anda? Sudah mampukah anda menjadi pribadi yang rendah hati?
Nah loh, sebenarnya ini artikel mau membahas apa sih?? hahaha

Intinya, pergilah, lakukan perjalanan selagi kau mampu! Jangan menyesal di waktu tua nanti. Punya waktu, punya uang, tapi tidak punya tenaga untuk bepergian. Dunia ini luas kawan, kau akan menemui hal-hal baru dengan perjalanan.. J
Gunung Bedes, Ponorogo J


Rabu, 03 Februari 2016

Power of Pray




Many times, many events, many and so many things that happened to me. My life was so complicated. As a fresh graduate, I was sure that not only me who feel like what I have felt. Fresh graduate wanna get a job fast, but the certificate is too long to received by the students. Struggle, spirit, and pray always accompany me to reach out my dreams.
I have a job now. Before I got this job, I have asked for other job and yaa… I was failed to get a great job that I want to. Now, I am thankful to God for this job. Great!! I am happy although there is a gravel in my heart. Dunno why my heart cannot accept this condition. Sometimes, I wanna get other but I also like to meet many persons in my office. They make my life colorful. Teachers, students, administrators office, and all of persons make me more life.
I have been here for one month. I feel better than come here for the first time. My job, my adventure. My pray, my power. Teaching is an art. I teach English and train the students that will send in a competition. There is an English Story Telling Competition that held by one of Junior High School in other city. I train them as I can. I often pessimist that I will fail again and my students do not be a winner. Alhamdulillah, my student gets runner up in this competition. I have fought and wish for this result. It makes my name become good in other teacher’s eyes.
All of ways in my life are determined by God. I only pray, pray, and pray to get the best. I wish everything will be alright. In this step, I wanna say thanks to God that gimme wonderful life, lemme meet so many unique persons. Thank God for everything. I am glad and always believe in your promises.

Selasa, 27 Oktober 2015

Unforgettable Experience



Berawal dari rapat pembentukan panitia Pentas Parade Drama, kisah ini dimulai. Di sebuah organisasi teater, aku adalah anggota dari sie kreativitas & produktivitas. Anggota dari sie ini dianjurkan untuk menjadi pimpro (pimpinan produksi) di setiap kegiatan, terutama dalam program kerja di teater kami yaitu pentas parade dan pentas tunggal. Pentas parade adalah pentas yang menampilkan lebih dari satu drama pendek dengan durasi 15 sampai 20 menit. Sedangkan pentas tunggal sesuai dengan namanya “tunggal” yang berarti satu. Pentas tunggal hanya menampilkan satu drama tapi durasinya lama, yaitu satu sampai 2 jam. Tidak hanya anggota sie kreativitas dan produktivitas saja yang boleh menjadi pimpro, anggota dari sie lain juga diperbolehkan.
Dimulailah rapat pembentukan panitia. Yang pertama dicari adalah pimpro. Pimpro akan memimpin jalannya rapat yang akan diadakan selanjutnya selama proses produksi drama dibuat. Semua mata tertuju pada anggota sie kreativitas dan produktivitas. Jumlah anggota sie kreativitas dan produktivitas hanya tiga orang. Satu orang sudah pernah menjadi pimpro, yaitu koordinator sie ini. Jadi, tinggal dua orang yang belum menjadi pimpro yaitu aku dan seorang temanku. Dari anggota lain tidak ada yang mau angkat tangan untuk menjadi pimpro. Akhirnya, aku angkat tangan. Karena sebelumnya ada salah satu dari alumni anggota teater yang bilang,
”Mana ini anggota sie kreativitas dan produktivitas? Takut ya jadi pimpro? Nggak berani? Atau anggotanya nggak ikut rapat?”
Oleh karena itu, berani nggak berani aku harus mau jadi pimpro. Akhirnya kakak alumni itu tersenyum dan bilang, “semangat ya, hebat, jangan takut”. Aku hanya tersenyum sambil menahan suara jantungku yang berdetak kencang, jantungku berdebar-debar karena ada rasa takut dan tidak percaya diri. Pembentukan panitia selesai, pimpro (aku) maju ke depan mengambil alih pimpinan. Aku berjalan perlahan dengan jantung yang berdetak kencang. Kali pertama menjadi ketua rapat, aku dibantu ketua umum untuk menjelaskan tugas-tugas panitia. Misalnya, sie acara bertugas membuat konsep acara pentas parade, sie konsumsi bertugas menyiapkan segala keperluan konsumsi selama proses latihan dan terutama pada hari dilaksanakannya pentas, dan ketua umum juga menjelaskan tugas-tugas panitia yang lain sesuai dengan ketentuan. Aku hanya mendengarkan dan mencoba memahami karena aku belum mengerti sama sekali bagaimana kegiatan selanjutnya setelah panitia terbentuk. Rapat selesai, ditutup dengan ucapan hamdalah dan seperti biasanya seluruh anggota mengucapkan moto kami, ”Kesadaran adalah matahari. Kesabaran adalah bumi. Keberanian menjadi cakrawala. Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. (W.S. Rendra).” Moto ini selalu kami ucapkan setelah selesai latihan maupun rapat sambil menggenggam tangan antara satu dengan yang lainnya untuk mengukuhkan tali persaudaraan yang telah terikat di dalam kebersamaan anggota teater dan menyalurkan energi semangat.
            Waktu demi waktu kulalui, aku masih benar-benar bingung tentang apa yang harus kulakukan. Setiap pergi ke sanggar (basecamp organisasi teater), aku mencari tahu dengan bertanya kepada alumni, kakak-kakak yang lebih dulu ikut teater, ketua umum, dan membuka file-file lama di komputer. Ketika bertemu dengan alumni yang kadang-kadang masih mampir di sanggar, mereka memberikan semangat dan nasihat padaku. Ada yang bilang, jadi pimpro jangan sampai lupa makan dan jaga kesehatan karena pasti akan banyak pikiran. Ucapannya semakin membuatku berdebar, tapi sebisa mungkin aku akan berusaha melaksanakan tugas sebagai pimpro. Kumulai dengan membuat target mengenai pembuatan proposal, perkiraan proposal di acc oleh lembaga, target semua agenda rapat selanjutnya, konsep kegiatan, dll. Semua itu terkadang membuatku pusing meskipun sudah dibantu oleh ketua umum. Sampai tugas kuliah kukerjakan ala kadarnya, tidak maksimal sama sekali. Mengorbankan waktu dan tugas kuliah tidak membuat pusingku hilang dan aku masih belum putus asa untuk melanjutkan agenda-agenda menuju pentas parade. Dihadapan orang lain, khususnya teman-temanku aku tidak menunjukkan betapa pusingnya saat itu. Yang kutunjukkan adalah senyum dan seolah semangat berjuang tanpa pantang menyerah.
            Latihan rutin dimulai, kelompok dibagi menjadi lima. Harapan kami, pentas ini akan menampilkan lima drama. Satu kelompok terdiri dari lima sampai enam orang (dua sutradara dan tiga sampai empat anggota). Kami berkumpul bersama kelompok masing-masing untuk bedah naskah. Bedah naskah merupakan kegiatan awal untuk mengetahui keseluruhan isi dan maksud dari naskah itu sendiri. Kemungkinan tidak terlalu sulit untuk membedah karena yang membuat naskah adalah pelatih kami. Biasanya naskah dibuat sesuai dengan latar belakang dan kehidupan sehari-hari. Bila kami masih bingung atau kesulitan dalam mencari maksud naskah itu, kami bisa bertanya langsung pada nara sumbernya. Awal dari proses ini, aku dan anggota kelompok berjanji dalam hati masing-masing untuk bersama-sama memainkan naskah ini sampai hari dimana pentas tiba. Kami berpegang tangan, mengukuhkan hati, dan berdo’a supaya prosesnya lancar.
Hari pertama latihan hanya satu anggota yang datang. Jadi, kami hanya bertiga membaca naskah pendek ini. Hari kedua, semua masuk latihan. Hari ketiga, satu orang tidak latihan. Hari keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan seterusnya seperti itu. Mereka tidak menepati janji. Kadang-kadang latihan, kadang-kadang tidak, dan semakin lama kami tinggal bertiga saja seperti hari pertama latihan. Tragedi ini ternyata juga terjadi di kelompok lain. Ada satu kelompok yang sebenarnya membutuhkan pemain lebih dari enam orang, tapi pemainnya tidak memiliki komitmen yang kuat untuk mementaskan naskah itu. Mereka selalu memiliki alasan untuk tidak latihan. Misalnya, banyak tugas, jadwal latihan bertepatan dengan waktu kerja, dll. Akhirnya, satu naskah dibatalkan. Kelompok menjadi empat. Sisa anggota dari kelompok yang gagal pentas dimasukkan ke dalam kelompok-kelompok lain. Hal itu sangat membantu jalannya proses latihan. Ada yang double casting, yaitu berperan ganda dalam dua naskah untuk saling membantu dan menutupi kekurangan pemain.
Perdebatan, gesekan, kesalahpahaman, dan ketegangan selalu terjadi. Aku selalu berusaha bersikap tenang dalam kondisi seperti apapun juga. Meskipun pernah sewaktu ketika satu ucapan membuatku terasa jatuh dalam lubang yang dalam. Dia berkata, “awas kau sampai di pentas masih cengengesan, kulempar sandal dari tempat penonton.” Sesekali aku bersikap seperti itu sebenarnya hanya untuk hiburan semata, tidak berniat cengengesan seperti yang dia bilang. Kesalahan kecil bisa berdampak besar bila orang lain memiliki penilaian berbeda. Hatiku terasa tertusuk pisau yang begitu tajam. Selain kata-kata itu, produksi juga tidak berjalan lancar. Itu karena masing-masing panitia tidak berkomunikasi baik dengan panitia lain. Seharusnya, komunikasi harus sering dilakukan supaya produksi tidak memberatkan salah satu pihak. Komunikasi juga bisa mempermudah untuk saling berbagi kesulitan, saling membantu, dan akhirnya tidak saling menyalahkan karena panitia tidak bekerja sesuai tugasnya. Sempat aku berpikir, mungkin ini kesalahanku juga karena aku hanya memberikan semangat melalui sms tanpa merangkul mereka untuk mengerjakan tugas sesuai dengan porsinya. Akhirnya, aku sendiri yang kerepotan. Ketua umum pun sudah lelah memberitahuku, bahwa tugas pimpro itu mengawasi dan mengingatkan kerja dari panitia, tidak perlu terjun langsung ke lapangan. Kalaupun ikut terjun ke lapangan tidak usah ngoyo (kerja terlalu keras) karena pimpro dan ketua umum yang nanti bertanggung jawab atas kerja panitia. Namun, aku tetap turun ke lapangan, pulang ke kost selalu sore. Pagi kuliah, pulang kuliah mengurus produksi, dan malam latihan. Terasa remuk badan ini karena kurang istirahat. Ketua umum tidak peduli lagi padaku karena aku keras kepala seperti itu. Apalagi mengenai pembagian kelompok yang tersisa tadi. Awalnya, aku dan temanku yang menjadi sutradara menolak untuk menambah pemain. Kami mengira bahwa hanya berempat saja sudah cukup, tapi ternyata kami tinggal bertiga. Ketua umum semakin sebal denganku. Karena sikapku dan temanku seolah acuh dan tidak membutuhkan pemain tambahan. Aku merasa bersalah padanya. Dia sebal dan tidak memperdulikan aku lagi. Ketika bertemu, dia acuh, tidak menyapa sama sekali, dan cenderung mengabaikanku. Aku masih tak peduli dengan sikapnya, tapi temanku yang tahu permasalahan ini menasehatiku untuk mengalah dan minta maaf kepada ketua. Pertamanya terasa berat untuk minta maaf, tapi kuputuskan sms minta maaf untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan di organisasi teater dan menjaga kondisi supaya membaik. Ketua umum memaafkan aku. Dia tidak marah lagi dan mau membantuku melanjutkan proses produksi. Sebenarnya pasti dia kasihan padaku. Selain menjadi pimpro, aku juga menjadi sutradara dan pemain utama. Akan tetapi, aku belum menyadari hal itu.
Aku ingin merubah sikapku. Sikap yang cuek dan cenderung tidak peduli pada orang lain. Tapi di sisi lain, sikap inilah yang selama ini membantuku mengatasi segala masalah. Sikapku cuek, tapi diam-diam aku mencari solusi untuk menyelesaikan segala permaslahaku tanpa ada yang tahu dan sikap tidak peduli pada orang lain ini karena aku tidak suka ikut campur urusan pribadi orang lain. Kecuali dia datang sendiri padaku dan berbagi cerita, pasti aku akan mendengarkan dan mencoba mencari solusi bersama-sama.
Mendekati pentas, suasana semakin panas. Ada seorang anggota yang tidak ikut berproses setelah kelompoknya bubar, tapi mendekati pentas dia datang latihan dan ingin ikut pentas. Dia tidak mau jadi pemain musik, tapi ingin mendapatkan peran atau menjadi MC. Setelah diputuskan menjadi MC, dia tidak datang latihan lagi. Padahal sudah kuberi tahu, meskipun kelihatannya jadi MC itu mudah, tapi kalau tidak sering latihan akan jadi sulit. Dua minggu sebelum pentas, dia tidak datang latihan sama sekali. Aku memberitahunya, kalau dia serius ingin jadi MC, satu minggu penuh harus datang latihan. Berbagai alasan dilontarkannya, membuatku begitu marah tapi aku masih bisa menahan rasa marah ini. Dua hari sebelum pentas dia baru datang, yaitu ketika gladi resik. Gladi resik sangat kacau, MC tidak pernah latihan dan para pemain ada yang belum memakai kostum lengkap. Terasa seperti akan dieksekusi. Aku takut bila pentas ini gagal. Sebelum pentas, MC baru latihan dengan seorang kakak alumni yang kuminta untuk membantu. Kakak alumni itu mengeluh padaku, ”ini bagaimana sih dek, kok MC kayak gini? Apa nggak pernah latihan? Pentas sebentar lagi lho.” Aku benar-benar bingung. Seorang alumni saja mengeluhkan seperti itu, bagaimana aku menyikapinya. Apalagi, disini aku berperan banyak. Selain sebagai pimpro, aku berperan sebagai sutradara, pemain musik di naskah yang lain, dan pemain utama dalam naskah yang kusutradarai. Beban ini terasa berat jika kurasakan, tapi aku tetap berusaha supaya pentas ini berjalan lancar. Aku hampir menangis karena tidak sanggup harus melakukan apa. Akhirnya, MC ini tetap dilatih oleh kakak alumni dan mereka berdualah yang menjadi MC. Perasaanku sadikit lega karena persoalan MC sudah selesai.
Detik-detik menuju pentas pun membuat jantung semakin berdebar. Pukul 19.00 WIB kami membentuk lingkaran dan brdo’a. Kemudian, berteriak untuk melegakan perasaan. Kami menuju tempat masing-masing supaya tidak mennganggu keluar dan masuknya pemain di panggung. Pukul 19.30 WIB penonton sudah begitu banyak yang masuk di dalam gedung, pentas pun dimulai.
Pentas Parade Drama berjalan lancar, bisa dikatakan sukses. Apresiasi dari penonton begitu bagus dan memuaskan. Jumlah penonton juga melebihi target. Dari target 200 penonton, tapi yang menonton 300 orang lebih. Ini benar-benar membuatku tesenyum lebar dan merasa puas. Kerja keras dan pengorbanan selama proses tiga bulan tidak sia-sia begitu saja. Pentas ini juga merupakan hadiah terindah yang pernah kudapat karena malam pentas ini adalah malam pergantian umurku yang ke 20. Tepat tangga 19 Januari 2013 pentas usai, sedangkan 20 Januari adalah hari ulang tahunku. Aku benar-benar senang. Proses menuju pentas yang membuatku pusing dan hampir setiap hari tidak bisa tidur nyenyak, sekarang membuatku senang melebihi mendapat kado spesial seperti apapun.
Pelajaran yang dapat kupetik dari pengalaman ini adalah
·         Bila kamu terus berusaha pasti ada jalan.
·         Tidak ada pengorbanan yang sia-sia, andaikan gagal pasti keberhasilan itu masih tertunda.
·         Kuatkan tali persudaraan dan jagalah komunikasi.
·         Pekerjaan yang berat akan menjadi lebih ringan jika dikerjakan bersama-sama.
·         Ikutlah merasakan sakit, bila kamu ingin merasakan senang.
·         Menjadi seorang ketua atau pemimpin harus bisa memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain.


Note: cerita ini sudah dibuat oleh penulis di laman web yang terdahulu, bila anda ingin melihat artikel yang lain klik here