Minggu, 25 September 2016

Mendaki menjadi Candu

Ternyata rutinitas memang terkadang membuat jenuh. Saat libur tiba rasanya ingin kemana-mana, tapi raga ini hanya memilih berbaring di kasur. Memulihkan energi setelah 6 hari beraktivitas. Entah kenapa tiba-tiba teringat indahnya pemandangan di puncak gunung, rindu itu datang begitu saja. Melihat alam, sunrise di pagi hari, tidur di tengah ilalang berselimut lembutnya semilir angin, bernuansa bintang-bintang di langit. Indahnyaaa……

Blego Summit
Terakhir hiking ke puncak Gunung Blego lumayan menyenangkan. Bersama seorang sahabat perempuanku dan 4 teman lainnya kita berangkat pukul 11.30 malam. Sampai di puncak sekitar pukul 2.30 pagi. Kebersamaan dan karakter sahabatmu akan terlihat saat mendaki bersama. Bagaimana saling menjaga dan menikmati alam bersama. Semua tidak akan mudah terlupakan.

Seorang sahabat yang benar-benar tulus akan menunggumu saat kamu tidak kuat lagi mendaki. Dia akan menunggumu, menemanimu, dan berjuang bersama supaya sampai puncak bersama-sama pula. Ia tidak akan pernah meninggalkanmu, ingat itu, ia tidak akan pernah meninggalkanmu.

Jalur menuju Gunung Blego  yang saya tahu ada dua, yaitu melalui Parang, Magetan dan bisa lewat Wonogiri. Tepatnya di desa Nguneng, Puhpelem. Saya dan teman-teman memilih jalur Wonogiri, karena teman yang mengajak mendaki rumahnya dekat dengan gunung itu. Track pendakiannya juga termasuk mudah. Pemandangan yang disuguhkan menarik. Sayangnya berkabut sewaktu saya kesana. Indahnya sunrise sedikit tertutupi deh…

Alam oh alam, indahmu terasa seperti menjadi candu. Alam bisa menjadi sahabatmu jika kau jaga, alam bisa membunuhmu pula jika kau merusaknya. Salam lestari..

our legs hahaha